Minggu, 04 November 2007

Kondisi Riil Rakyat dan Gaya Hidup Elite Kita

Mapalus 20 Agustus 2007

Di daerah kita ini, bencana terjadi secara beruntun. Habis banjir dan longsor dan di sejumlah wilayah di Mitra dan Minahasa, datang lagi letusan gunung Soputan di Minsel. Ratusan hektar lahan pertanian di kabarkan rusak akibat pasir dari gunung itu. Sekarang lagi, sekitar 500-an warga Pulau Siau, Kabupaten Sitaro, yang tersebar di sekitar kaki gunung api Karangetang, kembali mengungsi. Ini diakibatkan aktivitas Karangetang yang makin menjadi-jadi, sehingga statusnya sejak Sabtu (18/08) lalu langsung ditingkatkan dari waspada menjadi awas.

Di Mitra misalnya, sejumlah desa di Kecamatan Toluan, hingga Indonesia telah genap berusia 62 tahun kemerdekaannya, masih dalam keadaan memprihatinkan. Sumber daya alam sebenarnya melimpah, tapi karena insfratruktur jalan juga sarana kesehatan dan pendidikan tidak baik, mka kualitas hidup rakyat di desa-desa itu pun menjadi buruk. Di Indonesia dan lebih khusus di daerah kita ini, banyak warga yang semakin menderita hidupnya. Kemiskinan terus naik. Begitu juga dengan pengangguran. Pokoknya, kualitas hidup rakyat dalam keadaan menderita.

Tapi. Kalau kita hidup di dekat pusat pemerintahan kita akan mendengar setiap harinya bunyi raungan sirene dari mobil pejabat yang lewat kesana kemari. Mobil-mobil angkot milik rakyat harus minggir karena ada pejabat yang menumpang di mobil mewah akan lewat. Kita akan juga melihat rumah-rumah yang wah, milik para elit di legislatif maupun eksekutif. Fasilitas hidup mereka sangat terjamin. Jas dan senyum arogan dikembangkan dari bibir para pejabat itu. Mereka seolah-olah menjadi kaisar dan ratu di sebuah kerajaan. Rakyatnya harus tunduk dan memperlihatkan rasa hormat yang sangat. Kehidupan para elit memang sangat mengesankan.

Ini sangat kontras dengan kondisi riil rakyat, yang mereka jual waktu kampanye atau dalam bicara-bicara mereka di ruang publik. Kondisi kehidupan yang beda antara rakyat yang miskin dan elit yang kaya dan lengkap fasilitas hidupnya, memperlihatkan sebuah perbedaan yang mencolok dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Para elit kita banyak yang telah hilang sense of crisis-nya. Mereka tidak punya kepekaan lagi pada kemiskinan, ketidakadilan dan keterbelakangan hidup rakyat. Perbedaan kualitas hidup antara rakyat dan elit di negara ini, seperti langit dan bumi, sangat mencolok sekali.

Inilah kondisi riil kehidupan negara kita. Sebuah kondisi yang menuntut perubahan. Rakyat sebenarnya tidak akan terlalu pusing dengan gaya hidup elitnya, asalkan kehidupan mereka sebagai rakyat dalam keadaan sejahtera. Sebab. Pembangunan negara ini tujuannya tidak hanya untuk kesejahteraan para elit, melainkan juga untuk rakyat atau untuk semua yang menghuni negara ini. Karena, kemerdekaan negara ini, tidak hanya diperjuangkan oleh satu golongan saja, melainkan semua.

Akhirnya memang, rakyat harus bisa berbuat sesuatu. Bentuk partisipasi rakyat dalam membangun negara ini, tidak hanya soal mengiyakan apa yang diperintahkan oleh elitnya, melainkan juga mengatakan tidak pada kebijakan-kebijakan elit yang sudah menyimpang dari tujuan bernegara. Kondisi yang memprihatinkan seperti ini memang menuntut niat baik dari elit untuk menjadikan rakyat sebagai fokus pembangunan, dan rakyat harus bangkit dengan kecerdasan, kekuatan tenaga dan persatuannya untuk ikut secara aktif dalam partisipasi politiknya untuk suatu perubahan.